Rabu, 21 Agustus 2013

Tradisi kitab kuning harus dikembangkan di lingkungan Madrasah Diniyah Takmiliyah
Foto
PENDIS - "Kita perlu mengembalikan tradisi pembelajaran kitab kuning dalam proses belajar mengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah yang banyak berkembang di masyarakat," tutur Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, A. Saefuddin saat membuka Workshop Penguatan Kompetensi Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah, Bandung, beberapa waktu yang lalu.

Saat ini sudah mulai berkurang Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) atau yang juga dikenal dengan Sekolah Sore atau Sekolah Arab yang menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utamanya dalam mengajarkan anak-anak tentang ilmu-ilmu agama. Padahal banyak pesan, nilai, dan ajaran yang terkandung dalam kitab kuning yang bisa menjadi bekal anak-anak dalam menyongosong kehidupan.

Menurut A. Saifuddin, tradisi kitab kuning harus dikembangkan di lingkungan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Sebab, lanjut Ace Saifuddin, sejatinnya Madrasah Diniyah merupakan anak kandung dari Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kuat dengan tradisi kitab kuningnya.

Workshop yang diikuti oleh 160 guru Madrasah Diniyah Takmiliyah se-Indonesia berlangsung selama empat hari. Hadir sebagai narasumber KH. Taufiqul Hakim, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Jepara Jawa Tengah, yang juga penemu metode belajar cepat membaca kitab kuning dengan Metode Amtsilati. Melalui metode temuannya, Kyai Taufi berhasil mendidik para santri di pesantrennya dengan cepat bisa membaca kitab kuning yang selama ini dianggap sulit.

"Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Guru Pamong MDT akan dikirim ke Pesantren Darul Falah Jepara di bawah asuhan KH Taufiqul Hakim, untuk memperoleh keterampilan membaca kitab kuning sekaligus dengan metodologinya," terang A. Saefuddin.

"Para guru pamong itu nantinya diharapkan bisa mengajarkan kembali kepada para guru yang lain di daerahnya masing-masing sekembalinya dari pesantren," tambahnya.

Direktur PDPontren berharap upaya menguatkan kembali tradisi kitab kuning sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran di lingkungan MDT dapat segera terwujud. "Ini ditandai salah satunya dengan semakin banyaknya guru MDT yang mampu mengakses kitab kuning sebagai sumber ajarnya," kata A. Saifuddin.

Pada kesempatan itu Kasubdit Madrasah Diniyah Takmiliyah, Mamat Selamat Burhanudin menyampaikan bahwa workshop ini memang bertujuan meningkatkan kemampuan guru MDT dalam menggali sumber ajar dari kitab kuning (kutub al turast). Selain itu juga untuk memperkuat kembali tradisi pembelajaran kitab kuning di lingkungan MDT.
(INFO.DITJEN  PENDIS KEMENAG RI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar