Tradisi kitab kuning harus dikembangkan di lingkungan Madrasah Diniyah Takmiliyah
PENDIS - "Kita perlu
mengembalikan tradisi pembelajaran kitab kuning dalam proses belajar
mengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah yang banyak berkembang di
masyarakat," tutur Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, A. Saefuddin saat membuka Workshop
Penguatan Kompetensi Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah, Bandung,
beberapa waktu yang lalu.
Saat ini sudah mulai berkurang Madrasah Diniyah
Takmiliyah (MDT) atau yang juga dikenal dengan Sekolah Sore atau
Sekolah Arab yang menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utamanya dalam
mengajarkan anak-anak tentang ilmu-ilmu agama. Padahal banyak pesan,
nilai, dan ajaran yang terkandung dalam kitab kuning yang bisa menjadi
bekal anak-anak dalam menyongosong kehidupan.
Menurut A. Saifuddin, tradisi kitab kuning harus
dikembangkan di lingkungan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Sebab, lanjut
Ace Saifuddin, sejatinnya Madrasah Diniyah merupakan anak kandung dari
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kuat dengan tradisi
kitab kuningnya.
Workshop yang diikuti oleh 160 guru Madrasah Diniyah
Takmiliyah se-Indonesia berlangsung selama empat hari. Hadir sebagai
narasumber KH. Taufiqul Hakim, Pengasuh Pondok
Pesantren Darul Falah Jepara Jawa Tengah, yang juga penemu metode
belajar cepat membaca kitab kuning dengan Metode Amtsilati. Melalui
metode temuannya, Kyai Taufi berhasil mendidik para santri di
pesantrennya dengan cepat bisa membaca kitab kuning yang selama ini
dianggap sulit.
"Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Guru Pamong MDT akan
dikirim ke Pesantren Darul Falah Jepara di bawah asuhan KH Taufiqul
Hakim, untuk memperoleh keterampilan membaca kitab kuning sekaligus
dengan metodologinya," terang A. Saefuddin.
"Para guru pamong itu nantinya diharapkan bisa
mengajarkan kembali kepada para guru yang lain di daerahnya
masing-masing sekembalinya dari pesantren," tambahnya.
Direktur PDPontren berharap upaya menguatkan kembali tradisi kitab kuning sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran di lingkungan MDT dapat segera terwujud. "Ini ditandai salah satunya dengan semakin banyaknya guru MDT yang mampu mengakses kitab kuning sebagai sumber ajarnya," kata A. Saifuddin.
Pada kesempatan itu Kasubdit Madrasah Diniyah
Takmiliyah, Mamat Selamat Burhanudin menyampaikan bahwa workshop ini
memang bertujuan meningkatkan kemampuan guru MDT dalam
menggali sumber ajar dari kitab kuning (kutub al turast). Selain itu
juga untuk memperkuat kembali tradisi pembelajaran kitab kuning di
lingkungan MDT.
(INFO.DITJEN PENDIS KEMENAG RI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar